Jumat, 27 Mei 2011

Pangandaran (5)

Selepas dari kota Ciamis menuju kota Banjar jalanan mulai banyak tikungan dan turun naik. di kanan - kiri hanya perkampungan, dan kebun-kebun penduduk.  kurang dari 1 jam kami tiba di kota Banjar, kota Banjar adalah titik transit lalu lintas dari daerah Jawa Barat ke arah Timur,  berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni dengan Kabupaten Cilacap. Kota Banjar  sebagai kota transito menjadi pintu gerbang utama jalur lintas selatan Jawa Barat. Untuk membedakannya dengan Banjarnegara yang berada di Jawa Tengah, kota ini sering disebut juga Banjar Patroman (dari nama asal "Banjar Pataruman"), kata Patroman berasal dari kata pataruman < pa-tarum-an = tarum adalah sejenis pohon perdu yang tumbuh di tepi sungai (a.l. Sungai Citarum), daunnya digunakan untuk bahan pencelup kain supaya berwarna biru tua (indigo). Sepanjang jalan Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar kami sering berpapasan dengan bus "Budiman" mungkin pengusaha oto bis ini berasal dari daerah ini, dimana - mana ketemu Bis Budiman ini.
Karena masih pagi dan kota Banjar tidak terlalu menarik, kami meneruskan perjalanan menuju pantai Pangandaran. Memasuki jalan raya Banjar - Banjarsari  kami pun ngebut , ruas jalannya relatif kecil tetapi mulus. Sepanjang jalan pemandangan yang kami lihat hanya persawahan dan hutan kecil serta perkampungan. Matahari kian tingi, cuaca panas berkilau-kilau menjadi fatamorgana diatas aspal, untungnya AC mobil sangat dingin jadi tidak terasa. Jalan raya didepan terlihat lengang, sesekali saja berpapasan dengan mobil, motor atau sepeda, terlihat petani membawa gabah untuk di jemur atau di gilling di huller. karena sepi dan mulus kami terus tancap gas , pepohonan dan rumah-rumah seperti berkelebat lari kebelakang . Sesampai di desa Banjarsari , karena makanan kecil dan air minum habis, juga perlu membeli battery untuk camera, kami mampir dulu di Indomaret (heran di kota sekecil ini  di bolehkan ). Desa Banjarsari lumayan besar untuk ukuran kota kecamatan, tumbuh linier di sepanjang jalan ,didominasi oleh toko-toko pedagang kelontong dan makanan,  lumayan ramai. Selesai membeli perbekalan kami kembali menderu di jalan yang mulus, setelah Banjarsari tertinggal jauh di belakang jalan mulai mendaki dan berkelok-kelok, "kok ke pantai pakai nanjak dulu ya" anak-anak bertanya dengan mimik binggung,  terus mendaki kami memasuki kawasan hutan yang cukup lebat, kemudian kembali menurun, selepas itu jalan datar lagi, disini matahari tepat di ubun-ubun, panas makin menyengat.."pantai su dekat" suasana wisata mulai terasa, terlihat beberapa bus wisata dan mobil dengan plat nomor B melintas di jalan yang sama,  jalan yang lurus langsung menuju gerbang Pangandaran yang di jaga oleh pegawai Pemda setempat,  setelah membayar retribusi, langsung tancap gas ke pantai, dari pintu gerbang ke pantai tidak terlalu jauh,  kita lansung disuguhi pemandangan laut biru serta hamparan pantai yang elok, mungkin karena panas pantai terlihat sepi, tidak banyak yang bermain,  kami berbelok kekiri kekawasan yang relatif ramai, banyaknya pedagang kaki lima dan pengaturan kios-kios seadanya membuat lingkungan pantai terkesan kumuh.  akhirnya kami berhenti di bagian pantai yang ramai pengunjungnya...(lanjut) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar